Advertisement

Indonesia

Singapura lepaskan 300 juta nyamuk Wolbachia untuk atasi demam berdarah dengue

Namun menurut Badan Lingkungan Nasional (NEA) Singapura, nyamuk-nyamuk Wolbachia tidak akan bisa bersaing dan akan "kalah" di wilayah dengan banyak nyamuk penyebab demam berdarah dengue.

Singapura lepaskan 300 juta nyamuk Wolbachia untuk atasi demam berdarah dengue
Deng Lu, Ilmuwan senior NEA, menunjukkan wadah berisi bilah-bilah tempat nyamuk bertelur. (Foto: CNA/Raydza Rahman)
22 Sep 2023 05:41PM

SINGAPURA: Sebuah bangunan pabrik yang tampak biasa saja di distrik Ang Mo Kio, Singapura, adalah lab yang sudah mengembangbiakkan lebih dari 300 juta nyamuk dan akan menghasilkan 7 juta lagi setiap minggunya. 

Bangunan ini adalah markas dari Project Wolbachia, tempat menghasilkan nyamuk Aedes aegypti pejantan yang tidak menggigit dan melepaskannya di lokasi-lokasi terpilih untuk kawin dengan nyamuk-nyamuk betina.

Karena nyamuk-nyamuk pejantan ini membawa bakteri Wolbachia, maka telur hasil perkawinan tersebut tidak akan menetas sehingga dapat menekan populasi nyamuk.

Namun sejak Project Wolbachia diluncurkan pada 2016, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Singapura belum juga menunjukkan penurunan. Pada 2022 dilaporkan ada total 32.173 kasus DBD di Singapura, ini adalah angka penularan tertinggi kedua dalam setahun setelah rekor 35.266 kasus pada 2020.

Awal bulan ini, Badan Lingkungan Nasional (NEA) memperingatkan bahwa Singapura kembali berisiko mengalami peningkatan kasus DBD. Penularan DBD setiap pekannya di Singapura telah mencapai ratusan kasus dan lebih dari 50 klaster aktif telah muncul.

Dr Ng Lee Ching, direktur Institut Kesehatan Lingkungan di NEA, mengatakan bahwa Project Wolbachia bukanlah "solusi paten" untuk mengatasi penularan DBD.

"Walau ada Project Wolbachia ... bukan berarti tidak ada risikonya."

Wadah berisikan jentik dan pupa nyamuk Aedes aegypti, difoto pada 14 September 2023. (Foto: CNA/Raydza Rahman)

Pada lokasi-lokasi Project Wolbachia seperti di Tampines, Yishun dan Choa Chu Kang, populasi nyamuk Aedes aegypti turun hingga 98 persen dan kasus DBD turun 88 persen, kata anggota parlemen Singapura Baey Yam Ken pada rapat dengar pendapat Maret lalu.

Dr Ng mengatakan, teknologi Wolbachia memang efektif dalam mengurangi penularan DBD, namun tetap harus dibarengi dengan upaya pengendalian nyamuk lainnya.

"Jika ada banyak nyamuk di luar sana, nyamuk Wolbachia yang kami lepaskan tidak akan bisa bersaing. Mereka akan kalah."

Nyamuk Wolbachia akan efektif mengurangi populasi nyamuk jika jumlah nyamuk-nyamuk liarnya dikurangi, imbuh Dr Ng.

Lonjakan kasus DBD di Singapura juga didorong oleh meningkatnya kasus virus dengue serotype 1 (DENV-1). Strain virus jenis ini telah menggantikan serotype DENV-3 yang sebelumnya dominan.

"KAMI BELUM MENGETAHUI SEMUANYA"

Saat ini Project Wolbachia telah melingkupi 352.000 rumah tangga, atau sekitar 25 persen dari total rumah tangga di Singapura, kata Dr Ng. Jumlah ini dua kali lipat lebih banyak dibanding cakupan pada pertengahan tahun lalu, yaitu 160.000 rumah tangga.

"Peningkatan ini dapat dilakukan berkat teknologi yang telah kita kembangkan di dalam negeri untuk memproduksi lebih banyak nyamuk secara efisien," ujar Dr Ng.

Namun, Dr Ng menekankan bahwa teknologi Wolbachia ini masih baru.

"Teknologi ini masih terus berkembang, masih terus ditingkatkan. Artinya, proses dan perangkat yang digunakan masih berpotensi untuk mengalami peningkatan."

Mengintip fasilitas pembiakan nyamuk NEA

Bagaimana nyamuk jantan Wolbachia-Aedes aegypti dikembangbiakkan? Ilmuwan NEA, Deng Lu, menunjukkan caranya kepada CNA.

Tahap 1: Produksi telur

Telur nyamuk diproduksi di ruang insektarium dewasa. Telur-telur ini kemudian digunakan untuk memproduksi nyamuk Wolbachia jantan.

Ruang insektarium memiliki beberapa kandang nyamuk, yang masing-masingnya berisikan nyamuk jantan dan betina. Di bagian bawah kandang terdapat ovipot atau wadah pengumpul telur yang memiliki bilah-bilah penampung dan air tergenang.

Nyamuk menyukai tekstur dari bilah tersebut dan akan bertelur di tempat itu, kata Deng Lu, ilmuwan senior sekaligus kepala bagian produksi nyamuk.

Tahap 2: Penetasan telur dan penghitungan jentik

Telur nyamuk Aedes berisikan bakteri Wolbachia menetas dan menjadi jentik dalam hitungan jam. Jentik-jentik itu kemudian harus dihitung.

Deng mengatakan, tidak ada solusi cepat untuk memproduksi nyamuk, terutama dalam menghitung jentik. Awalnya, timnya menghitung jentik satu per satu menggunakan pipet dan alat telecounter.

Tentu saja, cara itu tidak efisien.

Akhirnya, Deng dan timnya mengembangkan mesin penghitung sendiri. Mesin ini dapat menghitung 26.000 larva dalam tiga waktu hingga empat menit.

Tahap 3: Menyemai telur

Tahap selanjutnya adalah proses penyemaian. Sekelompok telur yang terdiri dari 26.000 jentik dituang ke wadah-wadah semai dan masing-masing ditempatkan di baki-baki. Baki itu kemudian diletakkan pada rak pemeliharaan.

Kondisi lingkungan pada rak pemeliharaan dirancang untuk kenyamanan jentik-jentik nyamuk dengan kelembapan, suhu, dan aliran udara yang dapat diatur.

Deng mengatakan, timnya "sangat presisi" di setiap tahapannya, mulai dari penghitungan jumlah nyamuk, tata cara pemberian makan yang ketat hingga pengendalian suhu. Hal ini, tambah dia, dilakukan untuk mencapai pertumbuhan nyamuk yang optimal dalam hal kualitas dan jumlahnya.

Misalnya, jika makanan yang diberikan terlalu banyak, maka baki berisikan jentik nyamuk akan rusak. Jika makanannya tidak cukup, ukuran nyamuk betina akan mengecil sehingga sulit membedakannya dengan nyamuk jantan.

Jentik-jentik nyamuk akan berada di rak pemeliharaan sekitar tujuh hari. Pada hari ketujuh, jentik-jentik akan dipanen untuk menjalani proses selanjutnya – pemisahan jantan dan betina.

Tahap 4: Memisahkan jantan dan betina

Setelah panen, pupa dianalisa berdasarkan ukuran untuk memisahkan antara jantan dan betina. Proses ini dilakukan menggunakan pemindai berbasis AI yang bekerja dengan mengambil gambar sampel pupa.

Pemindai tersebut mengidentifikasi pupa berdasarkan ukuran lebar bahu mereka atau cephalothorax - betina biasanya lebih besar.

Proses ini dilanjutkan di ruang pemisahan jenis kelamin yang akan memakan waktu tiga atau empat jam untuk mengidentifikasi sekitar 1 hingga 1,5 juta nyamuk jantan.

Tahap 5: Pengemasan dan pengiriman

Ini adalah tahap terakhir dari siklus produksi, yaitu pengemasan nyamuk dan pengiriman untuk pelepasan.

Sekitar 200 pupa jantan nyamuk Wolbachia ditempatkan dalam wadah hitam dan dikemas ke dalam peti-peti yang masing-masingnya berisikan 35 wadah. Karena nyamuknya masih dalam tahapan pupa, maka mereka didiamkan di dalam wadah tersebut selama beberapa hari sampai tumbuh menjadi nyamuk sempurna.

Petugas lapangan NEA akan mengumpulkan peti-peti berisi nyamuk itu lalu dikirim ke beberapa lokasi untuk pelepasan.

Collapse

Tim NEA saat ini masih mempelajari penelitian lapangan dari Project Wolbachia, kata Dr Ng.

"Misalnya, bagaimana cara terbaik melepaskan nyamuk-nyamuk? Tidak hanya asal melepaskan ... kita harus punya taktik tentang cara terbaik melepaskannya agar lebih efektif," kata dia.

"Kami belum mengetahui semuanya. Percobaan saat ini akan memberikan kami gambaran tentang skala produksi yang dibutuhkan," ujar Dr Ng, seraya menambahkan bahwa hasil dari penelitian ini nantinya akan membuat program tersebut lebih hemat biaya dan berkelanjutan untuk jangka panjang.

Dr Duane Gubler, profesor pada Program Penyakit Infeksi Baru di Duke-NUS Medical School, mengatakan bahwa Project Wolbachia "masih dalam tahap eksperimen" dan belum diperluas cakupannya ke seluruh Singapura.

"Karena itulah, program ini diperkirakan belum akan berdampak pada angka penularan DBD," kata Dr Gubler.

Profesor Tikki Pangestu dari Yong Loo Lin School of Medicine, NUS, juga menyoroti beberapa tantangan dalam memperluas cakupan proyek ini ke seluruh negeri. Di antaranya adalah tingginya biaya, kebutuhan tenaga kerja yang mumpuni, potensi dampak ekologis yang negatif terhadap ekosistem, dan juga dalam mengatasi kekhawatiran masyarakat jika lebih banyak nyamuk lagi yang dilepaskan.

NYAMUK PERLU WAKTU UNTUK TUMBUH

Soal apakah proses produksi nyamuk Wolbachia-Aedes jantan bisa dipercepat, dua ahli yang berbicara kepada CNA sepakat hal itu perlu dilakukan untuk meningkatkan cakupannya ke seluruh Singapura.

Namun, Dr Ng dari NEA kepada CNA mengatakan proses pembiakan nyamuk memiliki jam biologis, dan serangga itu butuh waktu untuk tumbuh dengan sendirinya.

Proses dari nyamuk bertelur hingga nyamuk dewasa butuh waktu sekitar empat minggu.

"Sulit untuk mengatakan 'Saya ingin membuatnya lebih cepat' karena prosesnya sendiri memang seperti itu," kata Dr Ng, menambahkan bahwa NEA telah mengoptimalisasi prosesnya untuk menghasilkan nyamuk berkualitas baik yang kuat dan mampu berkompetisi dengan nyamuk pejantan liar di lapangan.

"Nyamuk pejantan Wolbachia yang kami sebarkan harus mampu berkompetisi dengan nyamuk-nyamuk di alam. Jika mereka tidak sekuat nyamuk di luar, maka teknologi ini tidak akan berhasil."

Dia menambahkan, masalahnya bukan hanya pada jumlah nyamuknya, tapi juga soal apakah nyamuk-nyamuk Wolbachia itu mampu bertahan cukup lama di alam untuk meningkatkan efektivitas Project Wolbachia.

Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris.

Source: CNA/da(ih)

Advertisement

Also worth reading

Advertisement