Advertisement

Indonesia

Jika ruam gatal di kulit Anda ternyata psoriasis dan bukan eksim, apa yang dapat dilakukan?

Apa perbedaan utama antara psoriasis dan eksim? Mengapa dokter belum meresepkan obat biologis untuk semua penderita psoriasis, padahal terapi ini lebih spesifik? Adakah obat oral sebagai alternatif obat biologis yang biasanya disuntikkan?

Jika ruam gatal di kulit Anda ternyata psoriasis dan bukan eksim, apa yang dapat dilakukan?
Psoriasis dapat muncul di seputar persendian seperti lutut dan siku. (Foto: iStock/bymuratdeniz)
15 Sep 2023 11:49AM

SINGAPURA: Kebanyakan orang mungkin belum tahu apa itu "psoriasis", atau justru menganggapnya sekadar eksim. Ini kekeliruan umum, sebab ruam kering dari kedua masalah kulit ini bisa tampak mirip.

Akan tetapi, coba periksa lebih teliti, maka akan tampak bahwa pada bagian yang terkena psoriasis, ada terlalu banyak lapisan kulit yang muncul dalam waktu yang begitu singkat. Sel-sel kulit normal butuh 20 hingga 30 hari untuk matang lalu naik ke permukaan sebelum akhirnya terkelupas, demikin penjelasan Psoriasis Association of Singapore (PAS).

Sebaliknya, sel-sel kulit psoriasis hanya butuh tiga sampai delapan hari untuk proses yang sama. Dan campur aduk antara sel-sel kulit hidup dan mati inilah yang memunculkan sisik berbentuk lapisan keperakan atau plak kulit – ciri khas psoriasis.

Ada perbedaan lain yang tak tampak di permukaan: Eksim kemungkinan disebabkan oleh penghalang kulit yang melemah akibat mutasi gen. Sementara itu, sebagian pakar manganggap psoriasis sebagai penyakit kulit autoimun kronis yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel-sel normal kulit bahkan persendian.

Di Singapura, diperkirakan setidaknya 40.000 orang menderita psoriasis. (Foto: iStock/Rattankun Thongbun)

Masalah kulit ini dialami oleh sekitar 1 persen dari populasi, atau satu dari 100 orang. Menurut PAS, diperkirakan setidaknya 40.000 orang di Singapura menderita psoriasis.

Agar tak salah paham, psoriasis bukan disebabkan oleh higiene personal atau kulit kering – dan tentu saja tidak menular ataupun infeksius.

GEJALA DAN PENYEBAB PSORIASIS

Awal kemunculan psoriasis bisa berupa ketombe atau serpihan di kulit kepala Anda. "Terkadang bisa tampak seperti ruam radang kulit lainnya, termasuk dermatitis seboroik, eksim, atau infeksi kulit jamur," jelas dr. Jamie Wee, konsultan senior dan kepala Divisi Dermatologi di Departemen Kedokteran di Ng Teng Fong General Hospital , Singapura.

Ditambahkan dr. Jamie, aneka faktor dapat memperburuk psoriasis, seperti alkohol, rokok, stres, obat-obatan tertentu, infeksi (misalnya infeksi tenggorokan bakterial), HIV, serta cuaca dingin dan kering.

7 JENIS PSORIASIS

1. Psoriasis plak 

Ini jenis psoriasis paling umum. Kondisi ini memunculkan bercak kulit kering, gatal, dan timbul atau berupa plak berlapis sisik. Biasanya muncul di siku, lutut, bagian bawah punggung, dan kulit kepala.

2. Artritis psoriatik 

Jenis ini menyerang kulit serta persendian. Terdapat lima tipe artritis psoriatik, dan seseorang bisa mengalami lebih dari satu tipe sekaligus: Artritis psoriatik asimetris (terbatas pada persendian di satu sisi tubuh), artritis psoriatik simetris (menyerang pasangan sendi yang sejajar), artritis psoriatik distal (memengaruhi ujung jari tangan dan jari kaki), spondilitis (memengaruhi bagian belakang tubuh), dan mutilan artritis (jenis paling jarang dan paling parah yang menyebabkan pengeroposan tulang).

3. Psoriasis kuku

Jenis ini memengaruhi kuku tangan dan kuku kaki, menjadikannya berlekuk-lekuk, tumbuh abnormal, dan berubah warna. Kuku bahkan bisa goyah dan lepas dari dasarnya. Lebih parah lagi, kuku bisa rontok.

4. Psoriasis gutata

Biasanya dipicu infeksi bakteri seperti radang tenggorokan streptokokus. Dicirikan bintik-bintik kecil bersisik di badan, lengan, atau kaki.

5. Psoriasis inversa

Biasanya memengaruhi lipatan kulit di selangkangan, pantat, dan dada. Tidak berupa bercak tebal yang menonjol, melainkan radang kulit bertekstur halus yang diperparah oleh gesekan dan keringat. Infeksi jamur bisa memicu psoriasis tipe ini.

6. Psoriasis pustulosa generalisata

Jenis langka ini memunculkan lepuh berisi nanah. Bisa muncul berupa bercak-bercak lebar, atau di area kecil pada telapak tangan atau telapak kaki.

7. Psoriasis eritrodermik

Jenis yang paling langka, bisa menutupi seluruh tubuh dengan ruam mengelupas yang terasa sangat gatal atau panas. Dapat bersifat akut atau kronis.

Collapse

Menurut dr. Liau Meiqi May, konsultan dari Divisi Dermatologi di Departemen Kedokteran di Alexandra Hospital dan National University Hospital, faktor predisposisi genetik juga punya andil besar. Ia mengatakan bahwa sekitar 30 persen individu dengan psoriasis memiliki riwayat keluarga serupa.

“Beberapa gen sudah diidentifikasi dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap psoriasis, dan banyak di antaranya ikut berperan dalam regulasi sistem kekebalan tubuh,” jelas dr. Meiqi May. Diketahui bahwa peluang mengalami psoriasis meningkat sekitar 15 persen jika salah satu orang tua punya kondisi ini. Risiko tersebut naik sekitar 50 persen jika kedua orang tua memiliki psoriasis.

Selain itu, psoriasis bisa muncul kapan saja, meski lebih jarang terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Puncak kondisi radang kulit kronis ini biasanya terjadi antara usia 30 hingga 39 tahun, dan antara usia 50 hingga 69 tahun, kata dr. Meiqi May. Akan tetapi, “tidak jelas betul kenapa kondisi tersebut lebih umum pada kedua kelompok usia ini.”

BAGAIMANA CARA KERJA PIL DAN SUNTIKAN DALAM PENGOBATAN PSORIASIS?

Sebagian besar kasus psoriasis tingkat ringan hingga sedang dapat diatasi melalui fototerapi atau obat topikal. Akan tetapi, bagi pasien dengan psoriasis sedang hingga parah, dokter kulit mungkin akan meresepkan obat sistemik guna menangani seluruh tubuh, termasuk sistem kekebalan. Obat-obatan untuk psoriasis biasanya berupa pil atau suntikan.

Fototerapi dapat diterapkan untuk psoriasis ringan. (Foto: iStock/Kalinovskiy)

Obat-obatan sistemik memengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan beberapa cara. Methotrexate dan cyclosporine yang meredakan peradangan, misalnya, menekan respons kekebalan tubuh. Ada juga yang memengaruhi laju regenerasi sel kulit, seperti acitretin. Menurut dr. Colin Theng, presiden PAS dan juga dokter kulit di The Skin Specialists & Laser Clinic, tiga obat oral ini lazim diresepkan di Singapura.

Desember lalu, Health Sciences Authority (HSA) mengizinkan penggunaan obat oral keempat, yakni apremilast, di Singapura, ungkap dr. Colin. Obat ini mengurangi enzim (fosfodiesterase 4 atau PDE4) pada sistem kekebalan tubuh serta pada sel-sel kulit yang dapat mendorong pertumbuhan plak kulit.

Meski efektif, obat sistemik memiliki kekurangan. Karena memengaruhi seluruh tubuh, risiko efek samping seriusnya lebih besar. Oleh karena itu, uji laboratorium dan pemantauan darah diperlukan selama penanganan dengan jenis obat ini, jelas dr. Hazel Oon, kepala Unit Psoriasis sekaligus konsultan di Klinik Jerawat di National Skin Centre.

Methotrexate, misalnya, dapat meredakan psoriasis pada kulit sekaligus menghambat peradangan sendi penyebab artritis. Dengan kemampuan gandanya, obat ini terdengar seperti kabar baik bagi para penderita artritis psoriatik.

Sayangnya, methotrexate juga dapat "memengaruhi fungsi hati dan meningkatkan risiko penyakit hati serius," selain bisa menyebabkan keguguran dan cacat lahir serius bagi ibu hamil, ujar dr. Eileen Tan, dokter kulit di Eileen Tan Skin Clinic & Associates di Mount Elizabeth Novena Hospital.

Berbagai efek sampingnya begitu berkepanjangan sehingga perempuan yang mengonsumsi methotrexate sangat disarankan untuk tidak hamil selama enam bulan setelah berhenti mengonsumsinya, imbuh dr. Eileen.

Kelas obat yang disebut biologics (obat biologis) diketahui mampu menargetkan bagian tertentu dari sistem kekebalan tubuh secara lebih spesifik. (Foto: iStock/Manit Chaidee)

Ada pula kelas obat untuk psoriasis yang disebut biologics (obat biologis), diolah dari organisme biologis seperti manusia, hewan, atau mikroorganisme. "Berbeda dengan banyak obat sistemik, obat biologis lebih spesifik dan hanya menargetkan bagian tertentu dari sistem kekebalan tubuh," ujar dr. Eileen.

Menurutnya, kelas obat ini bekerja efektif dengan cara menenangkan sel kekebalan bernama sel T yang biasanya overaktif pada individu dengan psoriasis. Ada pula obat biologis yang menghalangi pengiriman sinyal peradangan oleh protein sitokin dalam sistem kekebalan.

Tiga jenis sitokin – interleukin atau IL 17, IL 12, dan IL 23 – biasanya jadi target pengobatan psoriasis. Tergantung pada sitokin yang dipengaruhi, obat biologis diklasifikasikan oleh dr. Eileen menjadi empat kategori besar: inhibitor faktor nekrosis tumor (TNF); inhibitor IL; inhibitor sel B; dan inhibitor sel T.

OBAT BIOLOGIS TIDAK UNTUK SEMUA PASIEN?

Menurut dr. Hazel, dalam pemilihan obat, faktor yang dipertimbangkan antara lain tingkat keparahan psoriasis, usia pasien, efektivitas, respons berkelanjutan, kemudahan penggunaan, dan penjangkauan area sulit seperti kulit kepala, kuku, telapak tangan, dan telapak kaki, kata dr. Hazel.

"Ada obat yang menargetkan artritis psoriatik, memberikan pemulihan kulit yang lebih baik dan cepat, serta hasilnya lebih memuaskan untuk penanganan varian psoriasis yang sulit dikendalikan seperti psoriasis pustulosa generalisata," ujarnya. "Biaya juga faktor penting karena psoriasis sifatnya kronis dan perlu pengobatan berkelanjutan agar pengendaliannya terjaga."

Obat biologis tidaklah murah. (Foto: iStock/SPmemory)

Kendati efektif, biaya tetap menjadi pertimbangan penting. "Obat biologis harganya mulai dari beberapa ratus hingga lebih dari seribu dolar (Singapura)  per bulan," ungkap dr. Colin. "Sebagai pembanding, obat oral konvensional harganya bisa dari di bawah seratus sampai beberapa ratus dolar."

Selain itu, obat biologis biasanya berupa vial yang sudah diisi, bukan berbentuk pil. Pasien mengaplikasikannya sendiri dengan alat otoinjeksi. “Frekuensi suntik tergantung pada jenis obat biologis yang digunakan,” kata dr. Colin. “Mulai dari dua kali suntik per pekan sampai 12 kali suntik per pekan.”

Maka dari itu, dr. Colin memperkirakan bahwa sekitar 10 hingga 20 persen pasien dengan psoriasis tingkat sedang hingga parah menggunakan obat biologis.

OBAT BARU APA YANG SEDANG DIKEMBANGKAN?

Juli lalu di World Congress of Dermatology (WCD) di Singapura, pengumuman hasil uji coba yang menjanjikan dari obat oral baru menandai hadirnya alternatif potensial. Obat keluaran Janssen dari Johnson & Johnson ini menerapkan kelas obat baru yang disebut peptida antagonis.

“Ini bukan obat biologis, artinya tidak berasal dari manusia, hewan, ataupun mikroorganisme,” ujar Profesor Lloyd Miller, wakil presiden Janssen Immunology. 

Terapi baru ini "belum dibandingkan dengan pengobatan jenis injeksi saat ini" tetapi bekerja seperti obat biologis yang menargetkan IL-23, ujarnya – dan pilnya pun lebih mudah dikonsumsi.

Belum jelas kapan pasien bisa mengakses obat ini nantinya. “Setelah obat ini disetujui oleh otoritas regulasi seperti US Food and Drug Administration dan European Medicines Agency, izin di Singapura mungkin akan butuh tambahan satu hingga dua tahun,” ujar dr. Colin. “Tapi ini perkiraan kasar karena untuk beberapa obat perolehan izinnya bisa dipercepat.”

Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris

Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini mengenai nasib haiwan-haiwan di Tomohon, Sulawesi Utara, sebelum jadi santapan. 

Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel.

Source: CNA/ih

Advertisement

Also worth reading

Advertisement