Bukan hanya makanan Jawa, Padang, dan Sunda: Koki muda mau orang Indonesia mengenal beragam masakan Nusantara

(ks) koki Renatta Moeloek
Renatta Moeloek mulai dikenal luas setelah bergabung dengan MasterChef Indonesia sebagai juri pada tahun 2018. (Foto: Ethereal Photography and Keys Talent Management)

JAKARTA: Saat menyebut “makanan Indonesia”, bagi sebagian besar warga negara asing mungkin yang terlintas di benak adalah nasi goreng dan nasi padang.

Namun, masakan Indonesia sangat beragam mengingat luas wilayahnya dan terdapat lebih dari 600 kelompok etnis di tanah air, kata koki selebritas Renatta Moeloek.

Ketika mengikuti tur kuliner di Eropa beberapa tahun yang lalu, Renatta mendapat kesempatan untuk menyajikan hidangan Indonesia di restoran lokal di Spanyol, Belgia, dan Slovakia.

Dia menyajikan naniura (acar ikan mentah dari Sumatera Utara), gehu (tahu isi) dan opor ayam untuk para tamu.

READ: Mentega, kunci kelezatan lapis legit di sebuah toko kue berusia 45 tahun di Jakarta

“Mereka semua sangat tertarik, banyak yang kagum dan kaget. Mereka tidak tahu masakan Indonesia begitu beragam karena yang mereka tahu hanya nasi goreng, rendang, mie goreng, dan sate,” kenangnya.

Banyak yang bahkan ingin memiliki resepnya, kata juru masak berusia 26 tahun itu kepada CNA.

Renatta, yang menjadi tenar berkat perannya sebagai juri MasterChef Indonesia, mengakui bahwa masakan Indonesia memang tidak seterkenal masakan Asia lainnya.

Masakan Vietnam, Thailand, dan Cina, misalnya, diterima secara luas di negara-negara barat.

“Tapi makanan Indonesia masih berusaha mencapai level itu,” ujarnya.

BACA: Renyah dan 'gosong': Pisang Goreng Madu Bu Nanik laris manis dari Jakarta hingga ke luar kota

Agar sajian Indonesia mendunia, orang Indonesia pertama-tama harus berinisiatif mempelajari makanan lokal dan mengapresiasinya, ujar Renatta.

Ia pun memperkenalkan berbagai jenis masakan Indonesia kepada orang-orang.

(ks) koki Renatta
Renatta Moeloek memulai kariernya di Indonesia sebagai koki untuk acara pribadi. (Foto: Ethereal Photography and Keys Talent Management)

Ketika tampil dalam berbagai kesempatan dia biasa menyajikan makanan Indonesia terutama seperti naniura dan gohu tuna.

Dia menilai bahwa semakin banyak orang Indonesia yang mulai menunjukkan ketertarikan pada masakan Nusantara, maka semakin besar harapan bahwa suatu hari makanan Indonesia bisa mendapatkan pengakuan yang layak.

ORANG INDONESIA HARUS MENGETAHUI MASAKAN SENDIRI: RENATTA

Renatta berpendapat bahwa secara umum orang Indonesia tidak begitu mengetahui tentang masakan lokalnya.

“Saya kebetulan di Jakarta, di Pulau Jawa. Jadi kalau tanya orang masakan Indonesia, tahunya masakan Jawa, Padang, atau Sunda. Ya ayam goreng, tempe, sambal, padahal kan jauh dari itu,” kata koki yang kerap disebut sebagai "Chef" Renatta tersebut.

Misalnya, ada makanan khas Manado, kuliner Maluku, dan masakan suku Batak yang semuanya memiliki teknik memasak berbeda.

BACA: Toko es krim jadul legendaris di Jakarta yang bertahan selama 88 tahun

Ketika Renatta belajar di sekolah kuliner dan perhotelan Le Cordon Bleu di Paris, Prancis, banyak orang Indonesia yang berkomentar betapa beruntungnya dia bisa menikmati "foie gras" (hati bebek atau angsa) sementara orang Indonesia biasanya makan tempe.

"Padahal mereka enggak tahu, tempe di Prancis harganya berapa … Mereka enggak tahu tempe di Prancis untuk yang kalangan makan makanan sehat, vegetarian, itu sangat mahal dan susah didapatkan dan jauh lebih mahal daripada foie gras."

Oleh karena itu, upaya mengenalkan masakan Indonesia ke dunia luar harus dimulai dengan orang Indonesia mau mengenal dan menikmati makanannya sendiri.

“Mengapa kita perlu memperkenalkan masakan Indonesia kepada orang asing jika orang Indonesia sendiri tidak begitu mengenal masakan dalam negeri?” tanyanya.

(ks) opor ayam
Ketika Renatta Moeloek berada di Eropa untuk tur kuliner, dia menghidangkan makanan Indonesia seperti opor ayam. (Foto: Ethereal Photography and Keys Talent Management)

Sembari mempromosikan hidangan Nusantara, Renatta juga ingin mengubah persepsi bahwa makanan Indonesia itu tidak sehat.

Sebagai seorang juru masak, dia sadar akan kesehatan tetapi dia mengamati bahwa pola makan yang sehat belum banyak diterapkan di Indonesia.

“Sangat mudah mengubah makanan Indonesia menjadi makanan sehat karena kita menggunakan banyak rempah-rempah.

“Bawang putih, bawang merah, cabai, lengkuas, kunyit … berapa kalorinya? Hampir enggak ada.”

Alih-alih digoreng, bahan makanan bisa dipanggang di oven, katanya. Bumbu juga dapat dikurangi untuk mengurangi asupan gula dan natrium.

MENJADI TERKENAL SECARA TAK TERDUGA

Kecintaan Renatta pada makanan sudah terlihat sejak dia masih kecil.

Ia selalu suka memasak dan membuat kue, dan sering memberikan kue buatannya kepada teman-teman di sekolah dan mengundang mereka ke rumah untuk mencoba masakannya.

BACA: 'Saya sebaik para pria': Aktivis lingkungan asal Aceh berjuang melindungi megafauna kawasan Leuser

Ketika dia menyelesaikan sekolah menengah atas, dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Le Cordon Bleu di Paris.

Setelah berkuliah selama delapan bulan dan tujuh bulan bermagang, Renatta kembali ke Indonesia pada tahun 2015 untuk mengurus visa kerjanya setelah dia mendapatkan tawaran kerja di Selandia Baru.

Sambil menunggu visanya diterbitkan, Renatta bekerja lepas sebagai koki pribadi di Jakarta. 

(ks) juru masak Renatta
Selain menjadi juri untuk MasterChef Indonesia, Renatta Moeloek juga merupakan seorang konsultan makanan dan wiraswasta. (Foto: Ethereal Photography and Keys Talent Management)

Seiring waktu, dia mendapatkan banyak klien, mulai dari pegawai kedutaan hingga hotel dan restoran papan atas.

Ia kemudian memutuskan untuk melepas kesempatan bekerja di Selandia Baru dan tetap berkarya di Indonesia.

Pada tahun 2018, ia bergabung dengan MasterChef Indonesia sebagai salah satu juri dan saat itulah dia mencuri hati orang Indonesia dengan sikap percaya dirinya. Ia sudah tampil di acara itu selama tiga musim.

“Saya juga masih belajar. Soalnya saya biasanya enggak terlalu nyaman di depan kamera ... Biasanya kan kerja di dapur. 

"Tapi berhubung di MasterChef itu jatuhnya 'reality show', kamera ada di samping tapi kita enggak perlu lihat kamera sama sekali, semuanya 'real'. Jadi buat saya, itu masih oke. Malah seru ketemu sama orang-orang Indonesia yang punya 'passion' sama masakan, jadi pengalaman baru lah."

BACA:  Dengan upah minimum, office boy bagi-bagi makanan gratis kepada tunawisma di Jakarta

Selain menjalankan restoran pribadi di Jakarta Selatan, Renatta juga mendirikan bisnis katering dengan menu makanan Indonesia.

Dia juga terlibat dalam dua usaha lain yang fokus pada makanan bergizi.

Dengan pandemi COVID-19 saat ini, banyak bisnis makanan dan minuman yang terdampak keras.

Renatta memuji koki profesional yang bersedia mencoba sesuatu yang baru dan keluar dari zona nyaman mereka.

“Saya sekarang melihat banyak chef yang sebelumnya hanya ingin bekerja di hotel dan 'fine dining' beralih ke bisnis makanan rumahan, 'takeaways', atau pengiriman 'online'.

“Menurut saya ada sisi positifnya karena pada akhirnya, jika chef profesional bisa menyajikan makanan sederhana dan terjangkau bagi banyak orang, kenapa tidak?

“Persaingan (dalam industri) kemudian akan semakin baik,” katanya.

Bacalah cerita ini dalam Bahasa Inggris.

Baca juga yang satu ini.

Ikuti akun CNA di Facebook dan Twitter untuk membaca artikel-artikel terkini.

Source: CNA/ks(jt)