CIBINONG, (PR).- Petugas gabungan meneruskan pencarian korban yang diduga tertimbun longsor di kawasan Puncak dan Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor mulai pukul 07.00 WIB, Selasa, 6 Februari 2018.
CIBINONG, (PR).- Pemerintah pusat menetapkan penutupan jalur Puncak paling cepat hingga 10 hari ke depan setelah terjadinya longsor pada Senin 5 Februari 2018 lalu. Peningkatan potensi bencana di Jawa Barat membuat Gubernur Ahmad Heryawan (Aher) menyatakan status siaga bencana hingga akhir Mei 2018.
Aher berharap pemulihan lokasi terdampak longsor di Kabupaten Bogor dan Cianjur bisa lebih cepat sehingga jalur Puncak bisa segera dibuka kembali. Ia berharap korban yang tertimbun longsor juga bisa secepatnya ditemukan. Menurut dia, upaya tersebut dipengaruhi kondisi cuaca.
"Semoga 10 hari itu bisa selesai penutupannya. Pasti (penyaluran -red) barang dan jasa terganggu," kata Aher di lokasi pencarian korban longsor Riung Gunung Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, Selasa 6 Februari 2018 sore. Selama masa pemulihan di Jalur Puncak, arus lalu lintas kendaraan dialihkan ke jalur Sukabumi dan Jonggol.
Menurut dia, bencana banjir dan longsor memang lebih berpotensi terjadi di sejumlah daerah di Jawa Barat saat ini. Penetapan status siaga bencana diakui untuk mengantisipasi korban jiwa maupun kerugian materil karena masyarakat lebih waspada terhadap bencana.
Aher mengakui terdapat banyak lokasi di Jawa Barat yang rawan longsor selain Puncak. Selain Bogor, bencana tersebut juga berpotensi terjadi di Bandung, Cianjur dan Garut. "Karena Jawa Barat hadir sebagai bumi vulkanik muda. Subur tapi rawan longsor dan gempa," katanya menjelaskan penyebab bencana di Puncak.
Bencana yang terjadi di Jawa Barat tak dimungkiri juga akibat kerusakan lingkungan. Aher mengakui salah satunya akibat pembangunan yang tidak terkendali di kawasan hulu pada masa lalu. Karena itu, Ia mengintruksikan pemerintah daerah maupun dinas terkait agar memperketat perizinan alih fungsi lahan seperti di Puncak.
Pemerintahnya memastikan pembangunan yang menyalahi aturan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Puncak itu akan diperbaiki secara perlahan. Aher memastikan pembangunan di sana berjalan sesuai harapan menggunakan aturan RTRW yang baru direvisi.
Sosialisasi bencana
Status siaga bencana menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei harus diikuti dengan sosialisasi bencana kepada masyarakat. Pemerintah daerah setempat memberikan peringatan dini di lokasi-lokasi rawan bencana.
"Setelah diberi tahu mana yang rawan terjadi bencana, lalu bagaimana meresponsnya (tanggap darurat bencana)," kata Willem. Menurut prakiraan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika, ia mengatakan cuaca ekstrem di Jawa Barat berlangsung hingga Maret 2018.
Willem mengimbau masyarakat di daerah rawan bencana agar mencari tempat perlindungan yang lebih aman. Setelah terjadi bencana, pemerintah menetapkan status tanggap darurat bencana selama sekitar 14 hari dilanjutkan proses pemulihan lokasi terdampak bencana.
Rentang waktu yang sama juga berlaku di lokasi bencana longsor di Kabupaten Bogor. Selama tanggap darurat bencana, Willem menegaskan fokus petugas ialah mengevaluasi para korban termasuk jenazah yang tertimbun longsor. Proses pencarian telah memasuki hari ketiga setelah bencana, Rabu 7 Februari 2018.
Proses pencarian korban longsor pada hari kedua berhasil menemukan empat dari lima jenazah korban yang tertimbun longsor di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. "Pencarian dihentikan sementara karena malam dan hujan, dan akan dilanjutkan kembali esok pagi," kata Willem.
Penemuan itu menyisakan seorang korban yang masih hilang di lokasi longsor Kecamatan Cijeruk. Sementara pencarian korban yang diduga tertimbun longsor di Riung Gunung Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor belum membuahkan hasil. Berdasarkan kesaksian warga, terdapat tiga pengendara sepeda motor yang hilang setelah kejadian.
Menurut keterangan petugas, proses pencarian terkendala material longsor yang tebal dan permukaan tanah di bawah tebing curam. Pencarian juga melibatkan anjing pelacak dari kepolisian. Anjing tersebut menandai dua lokasi yang diduga menimbun para korban namun hingga pencarian dihentikan Selasa sore, petugas belum menemukannya.
Penutupan Puncak
Pada saat bersamaan, petugas juga terus melakukan pemulihan lokasi terdampak longsor menggunakan alat berat untuk menyingkirkan timbunan tanah. Selain tertimbun, ada pula badan jalan yang longsor pada bagian tanah di bawah aspalnya. Kondisi jalan yang membahayan itu membuat pihak-pihak terkait memutuskan penutupan Jalur Puncak.
Kesepakatan itu merupakan hasil rapat Kementrian Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Perhubungan Darat, BNPB, Gubernur, Bupati, Kepolisian Daerah dan instansi terkait lainnya. Mereka melakukan rapat terbatas di lokasi longsor Riung Gunung Kecamatan Cisarua Selasa sore.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiadi menjelaskan penutupan tersebut berlaku untuk kendaraan roda empat atau lebih. Ia memastikan badan jalan masih bisa dilalui sepeda motor selama tidak ada pekerjaan yang memerlukan penutup total.
Penutupan tersebut menurutnya akan dikuatkan dengan regulasi setingkat peraturan menteri. Budi menjanjikan payung hukum penutupan Jalur Puncak sudah bisa dikeluarkan pada Rabu. "10 hari itu disesuaikan dengan proses perbaikan jalan di Kabupaten Bogor saja," katanya.
Penutupan tersebut dimulai dari perempatan Taman Safari Indonesia Kecamatan Cisarua hingga Kecamatan Ciloto Kabupaten Cianjur. Menurut laporan Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dan Kementerian PUPR, perbaikan jalan yang rawan longsor di Cianjur bisa membutuhkan waktu lebih lama lagi.
"Pemicu utamanya air hujan lalu getaran dari mobil-mobil yang lewat makanya ke depan harus dibatasi kendaraan yang melintas ke Jalur Puncak," kata ketua tim tanggap darurat longsor PVMBG, Imam Santoso. Setelah melakukan penelitian di lokasi, pihaknya akan merekomendasikan upaya untuk menguatkan tanah di tebing bawah jalan raya maupun di sampingnya.***