Setelah Kasus Kematian Karena Difteri di Cimahi, 30 Orang Diperiksa

dinkes cimahi/RIRIN NUR FEBRRIANI/PR
Warga Kampung Babakan Kidul RT 4 RW 4 Kelurahan Cigugur Tengah Kecamaan Cimahi Tengah mendapat pemeriksaan kesehatan dan obat pencegah difteri dari DInkes Kota Cimahi Sabtu 3 Februari 2018.

CIMAHI, (PR).- Cegah penularan penyakit difteri yang merenggut nyawa anak laki-laki bernama M. Dicki (5,3), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi melakukan pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat pencegahan kepada warga sekitar di Kampung Babakan Kidul RT 4 RW 4 Kelurahan Cigugur Tengah Kecamaan Cimahi Tengah Kota Cimahi, Sabtu 3 Februari 2018. Warga berharap sosialisasi difteri ditingkatkan karena banyak yang minim informasi mengenai penyakit yang bisa menyebabkan kematian tersebut.

Pemeriksaan kesehatan meliputi pengambilan sampel apus (swab) tenggorokan kepada kontak erat penderita. Lingkungan sekitar sebanyak 30 orang diperiksa sebagai pihak yang kontak langsung dengan penderita. Selain itu, tim Puskesmas memberikan obat pereda difteri kepada masyarakat sekitar sebagai antisipasi penularan difteri.

Dadang Suherman (37), ayah M. Dicki mengungkapkan, dia tidak tahu banyak tentang difteri. "Saya taunya difteri dari televisi aja," ujarnya.

Sebelum dinyatakan mengidap difteri, Dicki mengalami demam hingga 39 derajat celcius, enggan makan selama 4 hari dan sakit tenggorokan. Selang dua hari, atau Senin 29 Januari 2018, pasien masih mengalami demam dan terdapat gondongan dibagian lehernya. 

Dari pihak dokter klinik, terang Dadang, anaknya dinyatakan terindikasi penyakit difteri. Pasien dirujuk ke RS Kasih Bunda, dengan diagnosa yang sama dirujuk ke RSUD Cibabat. "Dicek darah 6 jam di Cibabat, langsung dibawa ke RSHS. Sempet dioperasi di bagian leher untuk bernafas. Dikasih obat juga," ucapnya. 

Ditegaskannya, sebelum meninggal, ia dan istrinya selalu melakukan imunisasi berkala terhadap Dicki. "Suka imunisasi, tapi ya ini kehendak Yang Maha Kuasa," katanya. 

Salman Sopian, Ketua RT 07 RW 04 menuturkan, di wilayahnya belum ada riwayat penderita difteri. "Jujur, kurang informasi tentang difteri. Warga butuh sosialisasi biar semua melek dan bisa melakukan pencegahan. Dari kejadian ini ada hikmahnya, jadi warga tahu dan banyak mencari informasi tentang difteri," katanya.

Masyarakat Harus Aktif

Dinkes Kota Cimahi meminta masyarakat aktif melaporkan ke tempat pelayanan kesehatan terdekat bila menemukan gejala difteri. Ciri-ciri seperti demam mencapai 38 derajat celcius, adanya selaput putih keabu-abuan pada tenggorokan.

"Sakit nelan, leher membengkak seperti leher sapi dan sesak nafas disertai bunyi (stridor). Segera melapor ke puskesmas" jelas Kepala Dinkes Kota Cimahi drg. Pratiwi. 

Sumber penularan adalah manusia, baik sebagai penderita maupun bawaan. Seseorang dapat menyebarkan bakteri melalui pernafasan droplet (cipratan air liur) infection atau melalui muntahan. "Kontak erat dengan penderita akan memudahkan penularan apabila sistem imun sedang menurun," ucapnya.

Kawasan tempat tinggal Dicki bakal diawasi secara ketat kondisi kesehatan masyarakat selama 6 bulan ke depan. "Jika muncul kasus tonsilitis dan faringitis atau dikenal nyeri nelan harus segera periksa ke dokter atau puskesmas," ujarnya.

Untuk pencegahannya, dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap dan sesuai jadwal. Juga dilakukan dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah dan lingkungannya masing-masing. Pihaknya bakal gencar memberikan informasi dan edukasi tentang bahaya dan pencegahan difteri. Dengan demikian, diharapkan kasus difteri tidak lagi muncul di Kota Cimahi.***

You voted 'sedih'.

Baca Juga

Dapat Petunjuk, Hera Minta Jasadnya Tak Dikebumikan

CIMAHI, (PR).- Sebelum meninggal dua tahun silam, Hera Sri Herawati (50) menitipkan wasiat kepada Ibunya, Neneng Hatidjah (77) agar tidak dimakamkan. Dia meyakini bakal bangkit lagi di kehidupan kedua.