PURWAKARTA, (PR).- Kardinal (52) dan Hayati Hodijah (52) tidak bisa membawa pulang bayi mereka yang dirawat di Rumah Sakit ASRI. Selain karena ketiadaan biaya, bayi yang lahir pada 27 November 2017 lalu itu terlahir prematur.

PURWAKARTA, (PR).- Melonjaknya harga beras di pasaran bisa ditanggulangi dengan pendistribusian beras yang baik. Selain itu penggunaan lumbung yang tertata dan terjaga bisa pula menekan harga kebutuhan pokok tersebut.
Hal diatas diungkapkan oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Purwakarta, pada Senin 22 Januari 2018.
Menurut Dedi, dari padi yang baru dipanen harus melalui beberapa proses yang harus dilakukan. "Jadi dari mulai gabah ditumbuk diantarkan ke jalan bayar, lalu diangkut ke mobil bayar juga,lalu ke bandar bayar lagi, terus ke kota, nah dijual lagi ke daerah," ucapnya.
Sehingga dari beberapa proses tersebut, banyak biaya distribusi yang tidak terlalu penting yang dilakukan. "Pantas saja harganya melonjak padahal seharusnya tidak seperti itu. Dengan distribusi yang baik beras bisa murah karena menghindari biaya-biaya itu," ucapnya.
Parahnya lagi, lanjut dia, justru dengan harga beras naik ini, para buruh tani dan petani yang dirugikan. Karena setelah panen baru mereka dibayar berupa uang yang akhirnya cepat habis.
"Anehnya lagi daerah-daerah lumbung padi seperti Indramayu, Subang dan Karawang, para petaninya tak memiliki beras," ucapnya.
Solusinya adalah, lanjut Dedi, ketika padi dipanen, para buruh ini diberikan saja hasilnya, berupa beras. Atau jika lebih bisa ditambah juga dengan uang. Lalu setelah itu pemerintah desa setempat juga harus turun menghitung hasil beras para petani.
"Jadi petugas desa tahu hasil dari masing-masing petani. Nantinya sebagian disimpan di lumbung desa, sehingga warga di desa tersebut tak akan kekurangan pangan. Kalau begitu jadi daerah-daerah lumbung padi memiliki cadangan beras yang cukup," ucapnya.
Selain itu harga beras di daerah-daerah ini bisa murah, karena tak terganggu oleh biaya distribusinya. "Kalau yang di kota boleh lah agak mahal, karena ada biaya distribusinya," ucapnya menambahkan.
Impor Beras
Disinggung mengenai impor beras, menurut Dedi hal itu belum perlu diberlakukan di Purwakarta. Hal ini dikarenakan jumlah hasil padi di Purwakarta yang surplus.
"Tetapi jika sistem ini diberlakukan maka sebenarnya impor beras juga bisa dihindari. Karena sebenarnya negara kita ini mampu menghasilkan beras yang banyak," ucapnya.
Dedi pun menambahkan sistem pengelolaan beras ini bisa dicontoh di kampung-kampung adat. Seperti di Badui dan Ciptagelar. "Jangan salah di Ciptagelar cadangan berasnya 150 tahun. Jadi mereka gak bertani pun berasnya masih ada untuk waktu yang lama," ucapnya.
Oleh karenanya Dedi berharap sistem pengelolaan beras yang dia jelaskan tersebut, bisa diterapkan di desa-desa. "Kalau ini dijalankan tak akan ada lagi beras mahal dan beras langka. Apalagi kita tinggal di negara agraris," ucapnya.***